MAKALAH
EKOLOGI TANAMAN
Oleh
:
Hidayat Insad
NIM : 13.01.04.0.010-01
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SAMAWA (UNSA)
SUMBAWA BESAR
TAHUN 2014
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan atas
kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini dengan
sebaik-baiknya.
Adapun
tujuan dari mkalah ini adalah diajukan sebagai tugas Ekologi Tumbuhan. Penulis
sangat berterima kasih kepada Dosen yang telah banyak memberikan arahan dan
bimbingan kepada penulis serta kepada teman-teman yang telah membantu penulis
dalam menyelesaikan makalah ini.
Penulis
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,
kritik dan saran kepada setiap pembaca demi penyempurnaan makalah selanjutnya.
Sumbawa Besar, Juli
2014
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
KATA
PENGANTAR............................................................................................... i
DAFTAR
ISI............................................................................................................. ii
BAB
I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang........................................................................................ 1
1.2. Tujuan...................................................................................................... 2
BAB
II PEMBAHASAN
2.1.
Fotosintesis.............................................................................................. 3
2.2. Faktor Abiotik Terhadap
Tertumbuhan Tanaman................................... 7
2.3. Faktor Pembatas Pertumbuhan
Tanaman............................................ 11
BAB
III PENUTUP
3.1. Kesimpulan............................................................................................ 20
DAFTAR
PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Fotosintesis
merupakan suatu proses dimana terjadi sintesa karbohidrat tertentu dari
karbondioksida dan air yang dilakukan oleh sel-sel yang berklorofil dengan
adanya cahaya matahari dan di hasilkan atau dibebaskan gas oksigen. Proses
fotosintesis juga dinamakan asimulasi karbon, salah satu kemampuan tumbuhan
hijau ada memanfaatkan zat karbon udara untuk diubah menjadi bahan organik bila
tersedia cahaya yang cukup. Secara umum persamaan reaksi kimia pada pristiwa
pada fotosintesis dapat dituliskan sebagai berikut:
6CO2+6H2O
cahaya matahari C6H12O6+6O2
klorofil
Persamaan
reaksi diatas tidaklah menunjukkan mekanisme dari proses fotosintesiss,
melainkan menunjukkan hasil akhir yabg dihasilkan dalam proses fotosintesis
(Prawirahartono, 1998: 89).
Fotosintesis
merupakan proses pembakaran dalam tubuh tanaman yang akan menghasilkan oksigen
yang berfungsi untuk proses pernapasan pada manusia oleh karena itu manusia
tidak dapat terlepas dari tumbuhan karena apabila tidak ada tumbuhan maka tidak
akan ada udara untuk pernapasan manusia. Oleh karena itu manusia tidak bisa
terlepas dari lingkungan untuk kebuuhan hidupnya (Odum, 1967).
Persamaan
fotosintesis : 6CO2+6H2O cahaya matahari C6H12O6+6O2 klorofil
Dari persamaan diatas menujukkan bahwa hubungan antara
zat-zat yang dipakai dan dihasilkan oleh proses fotesintesis melibatkan
stidak-tidaknya 2 (dua) proses yang amat berbeda menjadi jelas setelah
dilakukannya percobaan. Tumbuhan air yang hijau, Elodea merupakan organisme uji
percobaan. Bila sepotong tumbuhan itu ditempatkan terbalik didalam larutan
encer NaHCO3, (yang merupakan sumber CO2) diterangi dengan lampu senter mak
gelembung oksigen akan segera dkeluarkan dari bagian potong tangkainya. Karena
laju fotosintesis tidak meningkatnya penyinaran, maka Blackman mengambil
kesimpulan bahwa paling tidak ada dua proses berlainan yang terlibat: satu,
suatu reaksi yang memerlukan cahaya dan yang satu lagi reksi yang tidak
memerlukan cahaya. Yang terakhir dinamai “reaksi gelap” walau dapat berlangsung
terus dalam terang. Blackman berteori bahwa pada intensitascahaya sedang
“reaksi terang” membatasi atau melajukan seluruh proses (Kimball, 1994: 180).
1.2 Tujuan
Agar mahasiswa dapat memahami dan mengetahui tentang
fotosintesis. faktor pembatas pada pertumbuhan tanaman.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Fotosintesis
2.1.1 Reaksi
Terang
Reaksi terang adalah proses untuk menghasilkan ATP dan
reduksi NADPH2. Reaksi ini memerlukan molekul air. Proses diawali dengan
penangkapan foton oleh pigmen sebagai antena. Pigmen klorofil menyerap lebih
banyak cahaya terlihat pada warna biru (400-450 nanometer) dan merah (650-700
nanometer) dibandingkan hijau (500-600 nanometer). Cahaya hijau ini akan
dipantulkan dan ditangkap oleh mata kita sehingga menimbulkan sensasi bahwa
daun berwarna hijau. Fotosintesis akan menghasilkan lebih banyak energi pada
gelombang cahaya dengan panjang tertentu. Hal ini karena panjang gelombang yang
pendek menyimpan lebih banyak energi.
Di dalam daun, cahaya akan diserap oleh molekul klorofil
untuk dikumpulkan pada pusat-pusat reaksi. Tumbuhan memiliki dua jenis pigmen
yang berfungsi aktif sebagai pusat reaksi atau fotosistem yaitu fotosistem II
dan fotosistem I. Fotosistem II terdiri dari molekul klorofil yang menyerap cahaya
dengan panjang gelombang 680 nanometer, sedangkan fotosistem I 700 nanometer.
Kedua fotosistem ini akan bekerja secara simultan dalam fotosintesis, seperti
dua baterai dalam senter yang bekerja saling memperkuat.
Fotosintesis dimulai ketika cahaya mengionisasi molekul
klorofil pada fotosistem II, membuatnya melepaskan elektron yang akan
ditransfer sepanjang rantai transpor elektron. Energi dari elektron ini
digunakan untuk fotofosforilasi yang menghasilkan ATP, satuan pertukaran energi
dalam sel. Reaksi ini menyebabkan fotosistem II mengalami defisit atau
kekurangan elektron yang harus segera diganti. Pada tumbuhan dan alga,
kekurangan elektron ini dipenuhi oleh elektron dari hasil ionisasi air yang
terjadi bersamaan dengan ionisasi klorofil. Hasil ionisasi air ini adalah
elektron dan oksigen.
Oksigen dari proses fotosintesis hanya dihasilkan dari air,
bukan dari karbon dioksida. Pendapat ini pertama kali diungkapkan oleh C.B. van
Neil yang mempelajari bakteri fotosintetik pada tahun 1930-an. Bakteri fotosintetik,
selain sianobakteri, menggunakan tidak menghasilkan oksigen karena menggunakan ionisasi sulfida
atau hidrogen. Pada saat yang sama dengan ionisasi fotosistem II, cahaya juga
mengionisasi fotosistem I, melepaskan elektron yang ditransfer sepanjang rantai
transpor elektron yang akhirnya mereduksi NADP menjadi NADPH.
2.1.2
Reaksi
Gelap
ATP dan NADPH yang dihasilkan dalam proses fotosintesis
memicu berbagai proses biokimia. Pada tumbuhan proses biokimia yang terpicu adalah siklus
Calvin yang mengikat karbon dioksida untuk membentuk ribulosa (dan kemudian
menjadi gula seperti glukosa). Reaksi ini disebut reaksi gelap karena tidak
bergantung pada ada tidaknya cahaya sehingga dapat terjadi meskipun dalam
keadaan gelap (tanpa cahaya) (Hardianto, 30: 2004).
Faktor
pembatas tersebut dapat mencegah laju fotosintesis mencapai kondisi optimum
meskipun kondisi lain untuk fotosintesis telah ditingkatkan, inilah sebabnya
faktor-faktor pembatas tersebut sangat mempengaruhi laju fotosintesis yaitu
dengan mengendalikan laju optimum fotosintesis. Selain itu, faktor-faktor seperti
translokasi
karbohidrat, umur daun, serta ketersediaan nutrisi mempengaruhi fungsi organ yang penting pada fotosintesis sehingga secara tidak
langsung ikut mempengaruhi laju fotosintesis
2.
Konsentrasikarbondioksida
Semakin banyak karbon dioksida di udara, makin banyak jumlah bahan yang dapt digunakan tumbuhan untuk melangsungkan fotosintesis.
Semakin banyak karbon dioksida di udara, makin banyak jumlah bahan yang dapt digunakan tumbuhan untuk melangsungkan fotosintesis.
3.
Suhu
Enzim-enzim yang bekerja dalam proses fotosintesis hanya dapat bekerja pada suhu optimalnya. Umumnya laju fotosintensis meningkat seiring dengan meningkatnya suhu hingga batas toleransi enzim.
Enzim-enzim yang bekerja dalam proses fotosintesis hanya dapat bekerja pada suhu optimalnya. Umumnya laju fotosintensis meningkat seiring dengan meningkatnya suhu hingga batas toleransi enzim.
4.
Kadarair
Kekurangan air atau kekeringan menyebabkan stomata menutup, menghambat penyerapan karbon dioksida sehingga mengurangi laju fotosintesis.
Kekurangan air atau kekeringan menyebabkan stomata menutup, menghambat penyerapan karbon dioksida sehingga mengurangi laju fotosintesis.
5.
Kadarfotosintat(hasilfotosintesis)
Jika kadar fotosintat seperti karbohidrat berkurang, laju fotosintesis akan naik. Bila kadar fotosintat bertambah atau bahkan sampai jenuh, laju fotosintesis akan berkurang.
Jika kadar fotosintat seperti karbohidrat berkurang, laju fotosintesis akan naik. Bila kadar fotosintat bertambah atau bahkan sampai jenuh, laju fotosintesis akan berkurang.
6.
Tahappertumbuhan
Penelitian menunjukkan bahwa laju fotosintesis jauh lebih tinggi pada tumbuhan yang sedang berkecambah ketimbang tumbuhan dewasa. Hal ini mungkin dikarenakan tumbuhan berkecambah memerlukan lebih banyak energi dan makanan untuk tumbuh.
Penelitian menunjukkan bahwa laju fotosintesis jauh lebih tinggi pada tumbuhan yang sedang berkecambah ketimbang tumbuhan dewasa. Hal ini mungkin dikarenakan tumbuhan berkecambah memerlukan lebih banyak energi dan makanan untuk tumbuh.
2.1.3 Tanaman
C3, C4, dan CH4
a. Tanaman
C3
Tanaman C3 adalah tanaman yang mempunyai lintasan atau
siklus PCR (Photosynthetic Carbon Reduction) atau sering disebut siklus calvin
yang dapat menghasilkan asam organik yang mengandung 3 atom C dan jaringan yang
terlibat dalam proses fotosintesis adalah jaringan mesofil. Lintasan itu
dimulai dari pengikatan CO2 dengan RBP dan RuBP (Sitompul, 1995).
Tanaman C3 adalah kelompok tumbuhan yang menghasilkan
senyawa phospho gliseric acid yang memiliki 3 atom C pada proses fiksasi CO2
oleh ribolusa diphosphat (Budiarti, 2008).
Pada tanaman C3, enzim yang menyatukan
CO2 dengan RuBP (RuBP merupakan Substrat untuk pembentukan
karbohidrat dalam proses fotosintesis) dalam proses awal assimilasi, juga dapat
mengikat O2 pada saat yang bersamaan untuk proses fotorespirasi
( fotorespirasi adalah respirasi,proses pembongkaran karbohidrat untuk
menghasilkan energi dan hasil samping, yang terjadi pada siang hari) . Jika
konsentrasi CO2 di atmosfir ditingkatkan, hasil dari kompetisi
antara CO2 dan O2 akan lebih menguntungkan CO2,
sehingga fotorespirasi terhambat dan assimilasi akan bertambah besar.
b. Tanaman
C4
Tanaman C4 adalah kelompok tumbuhan
yang melakukan persiapan reaksi gelap fotosintesis melalui jalur 4 karbon / 4C
(jalur hatch- slack) sebelum memasuki siklus calvin, untuk meminimalkan
keperluan fotorespirasi (Budiarti, 2008).
Tanaman C4 adalah tanaman dengan hasil
pertama dalam fotosintesis di mesofil berupa suatu molekul dengan 4 atom C
(Gardner, 1991).
Pada tanaman C4, CO2 diikat oleh PEP (enzym pengikat CO2
pada tanaman C4) yang tidak dapat mengikat O2 sehingga tidak terjadi kompetisi
antara CO2 dan O2. Lokasi terjadinya assosiasi awal ini adalah di sel-sel
mesofil (sekelompok sel-sel yang mempunyai klorofil yang terletak di bawah
sel-sel epidermis daun). CO2 yang sudah terikat oleh PEP kemudian ditransfer ke
sel-sel "bundle sheath" (sekelompok sel-sel di sekitar xylem dan
phloem) dimana kemudian pengikatan dengan RuBP terjadi. Karena tingginya
konsentasi CO2 pada sel-sel bundle sheath ini, maka O2 tidak mendapat
kesempatan untuk bereaksi dengan RuBP, sehingga fotorespirasi sangat kecil and
G sangat rendah, PEP mempunyai daya ikat yang tinggi terhadap CO2, sehingga
reaksi fotosintesis terhadap CO2 di bawah 100 m mol m-2 s-1 sangat tinggi. ,
laju assimilasi tanaman C4 hanya bertambah sedikit dengan meningkatnya CO2.
c.
Tanaman CH4
Tanaman CAM adalah tanaman yang dapat berubah
seperti tanaman C3 pada saat pagi hari (suhu rendah) dan dapat berubah seperti
tanaman C4 pada siang hari dan malam hari (Gardner, 1991).
Tanaman CAM adalah tanaman yang membuka pada malam hari
dan menutup pada siang hari, memiliki laju fotosintesis yang rendah bila
dibandingkan dengan tanaman C3 dan C4 (Lakitan, 1995).
CAM, menutup stomata pada siang hari,
berlainan dengan jenis tumbuhan lain. Menutup stomata membantu tumbuhan ini
mengonversi air, tetapi menghalangi CO2 untuk masuk ke daun. Pada malam
hari, CO2 diambil dan disimpan dalam berbagai asam organic. Sel mesofil menyimpan asam organic yang
disimpan dari malam hari hingga siang hari. Pada siang hari, saat reaksi terang
menyuplai ATP dan NADPH untuk siklus calvin, CO2 dilepas dari asam organic yang
telah dibuat dan digunakan untuk memproduksi gula pada kloroplas (Reece, 2011).
Spesies CAM mengikat CO2
menjadi asam beratom C-4 dengan PEP karboksilase seperti spesies tumbuhan C4,
hanya bedanya terjadi pada malam hari pada saat stomata terbuka dan energi yang
diperlukannya diperoleh melalui proses glikolisis. Radiasi matahari menyebabkan
penutupan stomata dan penyinaran daun: energy cahaya ini digunakan untuk
menjalankan daur Calvin, yaitu dengan mengambil CO2 dari asam
beratom C-4 seperti pada reaksi di dalam sel-sel seludang ikatan pembuluh
spesies C4. Kloroplas tumbuhan CAM lebih mirip dengan kloroplas spesies C3.
Dalam kondisi kelembaban yang menguntungkan, banyak spesies CAM berubah fungsi
stomatanya dan karboksilasinya serupa dengan spesies C3. (Gardner, 1991)
2.2 Faktor
Abiotik Terhadap Pertumbuhan Tanaman
2.2.1 Cahaya
Cahaya
merupakan faktor lingkungan yang sangat penting sebagai sumber energi utama
bagi ekosistem. Struktur dan fungsi dari ekosistem utamanya sangat ditentukan
oleh radiasi matahari yang sampai di sistem ekologi tersebut, tetapi radiasi
yang berlebihan dapat pula menjadi faktor pembaas, menghancurkan sistem
jaringan tertentu.
Ada
tiga aspek penting yang perlu dibahas dari faktor cahaya ini, yang erat
kaitannya dengan sistem ekologi, yaitu:
a. Kualitas
cahaya atau komposisi panjang gelombang.
b. Intensitas
cahaya atau kandungan energi dari cahaya.
c. Lama
penyinaran, seperti panjang hari atau jumlah jam cahaya yang bersinar setiap
hari.
Variasi
dari ketiga parameter tadi akan menentukan berbagai proses fisiologi dan
morfologi dari tumbuhan. Memang pada dasarnya pengaruh dari penyinaran sering
berkaitan erat dengan faktor-faktor lainnya seperti suhu dan suplai air, tetapi
pengaruh yang khusus sering merupakan pengendali yang sangat penting dalam lingkungannya.
Kurangnya cahaya bagi tanaman pada masa pertumbuhan vegetatif akan menyebabkan
tanaman mengalami etiolasi, batang akan tumbuh tinggu tetapi pucat dan lemah.
·
Intensitas
Cahaya
Intensitas
cahaya dalam suatu ekosistem adalah bervariasi. Kanopi suatu vegetasi akan
menahan dan mengabsorpsi sejumlah cahaya sehingga ini akan menentukan jumlah
cahaya yang mampu menembus dan merupakan sejumlah energi yang dapat
dimanfaatkan oleh tumbuhan dasar. Stratifikasi vertikal dari suatu ekosistem,
dengan demikian, merupakan hasil dari total energi cahaya yang tersedia
dan kondisi komunitas itu sendiri.
Dalam ekosistem
perairan intensitas cahaya berkurang secara cepat ke arah yang semakin dalam.
Air memantulkan dan menyerap cahaya dengan efisiens sekali. Pada air yang
bening dan tidak bergerak 50% cahaya mampu mencapai kedalaman lebih dari 15
meter. Bila air bergerak atau keruh cahaya akan menembus kedalaman yang lebih
dangkal lagi, situasi ini mampu untuk menahan laju fotosintesis.
Intensitas
cahaya yang berlebihan dapat berperan sebagai faktor pembatas. Cahaya yang kuat
sekali dapat merusak ensima akibat foto – oksidasi, ini mengganggu metabolisme
organisme – organisme terutama kemampuan dalam sintesis protein.
·
Lamanya
Penyinaran
Lama penyinaran
relatif antara siang dan malam dalam 24 jam akan mempengaruhi fungsi dari
tumbuhan secara luas. Jawaban dari organisme hidup terhadap lamanya siang hari
dikenal dengan fotoperiodisma. Dalam tetumbuhan jawaban / respon ini meliputi
perbungaan, jatuhnya daun dan dormansi. Di daerah sepanjang khatulistiwa
lamanya siang hari atau fotoperioda akan konstan sepanjang tahun, sekitar 12
jam. Di daerah temperata / bermusim panjang hari lebih dari 12 jam pada musim
panas, tetapi akan kurang dari 12 jam pada musim panas, tetapi akan kurang dari
12 jam pada musim dingin. Perbedaan yang terpanjang antara siang dan malam akan
terjadi di daerah dengan garis lintang tinggi.
Berdasarkan
respon ini, tumbuhan berbunga dapat dikelompokkan dalam tiga kelompok besar,
yaitu:
a. Tumbuhan berkala panjang, yaitu
tumbuhan yang memerlukan lamanya siang lebih dari 12 jam untuk terjadinya
proses perbungaan. Berbagai tumbuhan temperate termasuk pada kelompok ini,
seperti macammacam gandum (wheat dan barley) dan bayam.
b. Tumbuhan berkala pendek, kelompok
tumbuhan yang memerlukan lamanya siang lebih pendek dari 12 jam untuk
terjadinya proses perbungaan, dalam kelompok ini termasuk tembakau dan bunga
krisan.
c. Tumbuhan berhari netral, yaitu
tumbuhan yang tidak memerlukan perioda panjang hari tertentu untuk proses
perbungaannya, misal tomat dan dandelion.
2.2.2 Suhu
Suhu merupakan
faktor lingkungan yang dapat berperan baik secara langsung maupun tidak
langsung terhadap organisme hidup. Berperan langsung hampir pada setiap fungsi
dari tumbuhan dengan mengontrol laju proses – proses kimia dalam tumbuhan
tersebut, sedangkan peran tidak langsung dengan mempengaruhi faktor – faktor
lainnya terutama suplai air. Suhu akan mempengaruhi laju evaporasi dan
menyebabkan tidak saja keefektifan hujan tetapi juga laju kehilangan air dari
organisme hidup.
Sebenarnya
sangat sulit untuk memisahkan secara mandiri pengaruh suhu sebagai faktor
lingkungan. Misalnya energi cahaya mungkin diubah menjadi energi panas ketika
cahaya diabsopsi oleh suatu substansi. Tambahan lagi suhu sering berperan
bersamaan dengan cahaya dan air untuk mengontrol fungsi – fungsi dari
organisme. Relatif mudah untuk mengukur suhu dalam suatu lingkungan tetapi
sulit untuk menentukan suhu yang bagaimana yang berperan nyata, apakah keadaan
maksimum, minimum atau keadaan harga rata – ratanya yang penting.
Kehidupan di
muka bumi berada dalam suatu batas kisaran suhu antar 00 C sampai 300
C, dalam kisaran suhu ini individu tumbuhan mempunyai suhu minimum, maksimum,
dan optimum yang diperlukan untuk aktivitas metabolismenya. Suhu-suhu tadi yang
diperlukan organisme hidup dikenal dengan suhu kardinal. Suhu tumbuhan biasanya
kurang lebih sama dengan suhu sekitarnya karena adanya pertukaran suhu yang
terusmenerus antara tumbuhan dengan udara sekitarnya. Kisaran toleransi suhu
bagi tumbuhan sangat bervariasi, untuk tanaman di tropika, semangka, tidak
dapat mentoleransi suhu di bawah 150 – 180 C
Suhu maksimum
yang harus ditoleransi oleh tumbuhan sering merupakan masalah yang lebih kritis
jika dibandingkan dengan suhu minimumnya. Tumbuhan biasanya didinginkan oleh
kehilangan air dari tubuhnya, dengan demikian kerusakan akibat panas terjadi
apabila tidak tersedia sejumlah air dalam tubuhnya untuk proses pendinginan
tadi. Pada beberapa kasus umumnya kerusakan diinduksi oleh suhu yang tinggi
berasosiasi dengan kerusakan akibat kekurangan air, pelayuan. Dalam kejadian
seperti ini ensima menjadi tidak aktif dan metabolisme menjadi rendah.
Kebanyakan
tumbuhan berhenti pertumbuhannya pada suhu dibawah 60 C. Penurunan
suhu dibawah suhu ini mungkin akan menimbulkan kerusakan yang cukup berat.
Protein akan menggumpal pada larutan di luar cairan sel mengakibatkan
ketidakatifan ensima. Bila suhu mencapai titik beku, akan terbetuk kristal es
diantara ruang sel dan air akan terisap keluar dari sel maka akan terjadi
dehidrasi. Apabila pembukuan terjadi secara cepat maka akan terbentuk kristal –
kristal es dalam cairan sel yang ternyata volumenya akan lebih besar dari
ukuran sel tersebut. Sehingga sel rusak dan mati akibat kebocoran dinding
selnya. Hasilnya akan terjadi daerah yang berwarna coklat pada tumbuhan,
sebagai karakteristika dari kerusakan akibat pembekuan atau frost.
2.2.3 Air
Air merupakan
faktor lingkungan yang penting, semua organisme hidup memerlukan kehadiran air
ini. Perlu dipahami bahwa jumlah air di sistem bumi kita ini adalah terbatas
dan dapat berubah – ubah akibat proses sirkulasinya. Pengeringan bumi sulit
untuk terjadi akibat adanya siklus melalui hujan, aliran air, transpirasi dan
evaporasi yang berlangsung secara terus menerus. Bagi tumbuhan air adalah
penting karena dapat langsung mempengaruhi kehidupannya. Bahkan air sebagai
bagian dari faktor iklim yang sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan
perubahan struktur dan organ tumbuhan.
Kekurangan air
akan menyebabkan tanaman layu pada fase vegetatifnya dan kelebihan air malah
akan mengundang bakteri ataupun mikrobia lainnya sehingga menyebabkan busuknya
perakaran dan pangkal batang tanaman, sehingga dapat menyebabkan kegagalan
tumbuh tanaman.
2.2.4 Tanah
Tanah dapat
didefinisikan sebagai bagian atas dari lapisan perak bumi yang mengalami
penghawaan dan dipengaruhi oleh tumbuhan dan hewan. Definisi ina didasarkan
atau ditekankan pada hubungan yang erat antara tanah dan organism hidup, yang
keduaya dipengaruhi oleh iklim dan topografi.
Tanah membentuk
suatu bagian yang kompleks dari ekosistem yang ditempati oleh
organisme-organisme dengan toleransi yang luas. Kajian dari tanah dikenal
dengan pedologi. Tanah berfungsi sebagai penyedia unsur hara dan mineral bagi
tanaman. Unsur hara ada yang mikro dan makro. Kekurangan unsur hara tentu saja
akan menyebabkan pertumbuhan vegetatif tanaman tidak optimum.
2.3 Faktor
Pembatas Pertumbuhan Tanaman
2.3.1
Nitrogen (N)
Unsur Nitrogen
dengan lambang unsur N, sangat berperan dalam pembentukan sel tanaman,
jaringan, dan organ tanaman. Nitrogen memiliki fungsi utama sebagai
bahan sintetis klorofil, protein, dan asam amino. Oleh karena itu unsur
Nitrogen dibutuhkan dalam jumlah yang cukup besar, terutama pada saat
pertumbuhan memasuki fase vegetatif. Bersama dengan unsur Fosfor (P), Nitrogen ini digunakan
dalam mengatur pertumbuhan tanaman secara keseluruhan.
Terdapat 2
bentuk Nitrogen, yaitu Ammonium (NH4) dan Nitrat (NO3). Berdasarkan sejumlah
penelitian para ahli, membuktikan Ammonium sebaiknya tidak lebih dari 25% dari
total konsentrasi Nitrogen. Jika berlebihan, sosok tanaman menjadi besar tetapi
rentan terhadap serangan penyakit. Nitrogen yang berasal dari amonium akan
memperlambat pertumbuhan karena mengikat karbohidrat sehingga pasokan sedikit.
Dengan demikian cadangan makanan sebagai modal untuk berbunga juga akan
minimal. Akibatnya tanaman tidak mampu berbunga. Seandainya yang dominan adalah
Nitrogen bentuk Nitrat , maka sel-sel tanaman akan kompak dan kuat sehingga
lebih tahan penyakit. Untuk mengetahui kandungan N dan bentuk Nitrogen dari
pupuk bisa dilihat dari kemasan.
·
Kekurangan
Nitrogen
Ciri-ciri
tanaman yang kekurangan Nitrogen dapat dikenali dari daun bagian bawah. Daun
pada bagian tersebut menguning karena kekurangan klorofil. Pada proses lebih
lanjut, daun akan mengering dan rontok. Tulang-tulang di bawah permukaan daun
muda akan tampak pucat. Pertumbuhan tanaman melambat, kerdil dan lemah.
Akibatnya produksi bunga dan biji pun akan rendah.
·
Kelebihan
Nitrogen
Kelebihan
jumlah Nitrogen pun perlu diwaspadai. Ciri-ciri tanaman apabila unsur
N-nya berlebih adalah warna daun yang terlalu hijau, tanaman rimbun dengan
daun. Proses pembuangan menjadi lama. Adenium bakal bersifat sekulen karena
mengandung banyak air. Hal itu menyebabkan tanaman rentan terhadap serangan
jamur dan penyakit, serta mudah roboh. Produksi bunga pun akan menurun.
2.3.2
Fosfor atau Phosphor (P)
Unsur Fosfor (P) merupakan komponen penyusun dari beberapa
enzim, protein, ATP, RNA, dan DNA. ATP penting untuk proses transfer
energi, sedangkan RNA dan DNA menentukan sifat genetik dari tanaman. Unsur P
juga berperan pada pertumbuhan benih, akar, bunga, dan buah. Pengaruh terhadap
akar adalah dengan membaiknya struktur perakaran sehingga daya serap tanaman
terhadap nutrisi pun menjadi lebih baik.
Bersama dengan unsur Kalium,
Fosfor dipakai untuk merangsang proses pembungaan. Hal itu wajar sebab
kebutuhan tanaman terhadap fosfor meningkat tinggi ketika tanaman akan
berbunga.
·
Kekurangan
Phosphor (P)
Ciri-ciri dimulai dari daun tua
menjadi keunguan dan cenderung kelabu. Tepi daun menjadi cokelat, tulang daun
muda berwarna hijau gelap. Hangus, pertumbuhan daun kecil, kerdil, dan akhirnya
rontok. Fase pertumbuhan lambat dan tanaman kerdil.
·
Kelebihan
Phosphor (P)
Kelebihan P
menyebabkan penyerapan unsur lain terutama unsur mikro seperti besi (Fe) ,
tembaga (Cu) , dan seng (Zn) terganggu. Namun gejalanya tidak terlihat secara
fisik pada tanaman.
2.3.3
Kalium (K)
Unsur Kalium
berperan sebagai pengatur proses fisiologi tanaman seperti fotosintetis,
akumulasi, translokasi, transportasi karbohidrat, membuka menutupnya stomata,
atau mengatur distribusi air dalam jaringan dan sel. Kekurangan unsur ini
menyebabkan daun seperti terbakardan akhirnya gugur.
Unsur kalium
berhubungan erat dengan kalsium dan magnesium. Ada sifat antagonisme antara
kalium dan kalsium. Dan juga antara kalium dan magnesium. Sifat antagonisme ini
menyebabkan kekalahan salah satu unsur untuk diserap tanaman jika komposisinya
tidak seimbang. Unsur kalium diserap lebih cepat oleh tanaman dibandingkan
kalsium dan magnesium. Jika unsur kalium berlebih gejalanya sama dengan
kekurangan magnesium. Sebab , sifat antagonisme antara kalium dan magnesium
lebih besar daripada sifat antagonisme antara kalium dan kalsium. Kendati
demkian , pada beberapa kasus , kelebihan kalium gejalanya mirip tanaman
kekurangan kalsium.
·
Kekurangan
Kalium
Kekurangan K
terlihat dari daun paling bawah yang kering atau ada bercak hangus. Kekurangan
unsur ini menyebabkan daun seperti terbakardan akhirnya gugur. Bunga mudah
rontok dan gugur. Tepi daun ‘hangus’, daun menggulung ke bawah, dan rentan
terhadap serangan penyakit.
·
Kelebihan
Kalium
Kelebihan K
menyebabkan penyerapan Ca dan Mg terganggu. Pertumbuhan tanaman terhambat.
sehingga tanaman mengalami defisiensi.
2.3.4
Belerang atau Sulfur (S)
Berperan dalam pembentukan
bintil-bintil akar Merupakan unsur yang penting dalam beberapa jenis protein
dalam bentuk cystein, methionin serta thiamine Membantu pertumbuhan anakan
produktif. Merupakan bagian penting pada tanaman-tanaman penghasil minyak,
sayuran seperti cabai, kubis dan lain-lain Membantu pembentukan butir hijau
daun.
·
Kelebihan
Sulfur
Pada umumnya belerang dibutuhkan tanaman dalam pembentukan
asam amino sistin, sistein dan metionin. Disamping itu S juga merupakan bagian
dari biotin, tiamin, ko-enzim A dan glutationin. Diperkirakan 90% S dalam
tanaman ditemukan dalam bentuk asam amino, yang salah satu fungsi utamanya
adalah penyusun protein yaitu dalam pembentukan ikatan disulfida antara
rantai-rantai peptida. Belerang (S) merupakan bagian (constituent) dari hasil
metabolisme senyawa-senyawa kompleks. Belerang juga berfungsi sebagai aktivator,
kofaktor atau regulator enzim dan berperan dalam proses fisiologi tanaman.
·
Kekurangan
Sulfur
Jumlah S yang
dibutuhkan oleh tanaman sama dengan jumlah fosfor (P). Kekahatan S menghambat
sintesis protein dan hal inilah yang dapat menyebabkan terjadinya klorosis
seperti tanaman kekurangan nitrogen. Kahat S lebih menekan pertumbuhan tunas
dari pada pertumbuhan akar. Gejala kahat S lebih nampak pada daun muda dengan
warna daun yang menguning sebagai mobilitasnya sangat rendah di dalam tanaman
(Haneklaus dan Penurunan kandungan klorofil secara drastis pada daun merupakan
gejala khas pada tanaman yang mengalami kahat S . Kahat S menyebabkan
terhambatnya sintesis protein yang berkorelasi dengan akumulasi N dan nitrat
organik terlarut.
2.3.5
Kalsium (Ca)
Unsur ini yang paling berperan adalah pertumbuhan sel. Ia
komponen yang menguatkan , dan mengatur daya tembus , serta merawat dinding
sel. Perannya sangat penting pada titik tumbuh akar. Bahkan bila terjadi
defiensi Ca , pembentukan dan pertumbuhan akar terganggu , dan berakibat
penyerapan hara terhambat. Ca berperan dalam proses pembelahan dan perpanjangan
sel , dan mengatur distribusi hasil fotosintesis.
·
Kekurangan
Kalsium
Gejala
kekurangan kalsium yaitu titik tumbuh lemah , terjadi perubahan bentuk daun , mengeriting
, kecil , dan akhirnya rontok. Kalsium menyebabkan tanaman tinggi tetapi tidak
kekar. Karena berefek langsung pada titik tumbuh maka kekurangan unsur ini
menyebabkan produksi bunga terhambat. Bunga gugur juga efek kekurangan kalsium.
·
Kelebihan
Kalsium
Kelebihan
kalsium tidak berefek banyak , hanya mempengaruhi pH tanah.
2.3.6
Magnesium (Mg)
Magnesium
adalah aktivator yang berperan dalam transportasi energi beberapa enzim di
dalam tanaman. Unsur ini sangat dominan keberadaannya di daun , terutama untuk
ketersediaan klorofil. Jadi kecukupan magnesium sangat diperlukan untuk
memperlancar proses fotosintesis. Unsur itu juga merupakan komponen inti
pembentukan klorofil dan enzim di berbagai proses sintesis protein.
Kekurangan
magnesium menyebabkan sejumlah unsur tidak terangkut karena energi yang
tersedia sedikit. Yang terbawa hanyalah unsur berbobot ‘ringan’ seperti
nitrogen. Akibatnya terbentuk sel-sel berukuran besar tetapi encer. Jaringan
menjadi lemah dan jarak antar ruas panjang. Ciri-ciri ini persis seperti gejala
etiolasi-kekurangan cahaya pada tanaman.
·
Kekurangan
Magnesium
Muncul
bercak-bercak kuning di permukaan daun tua. Hal ini terjadi karena Mg diangkut
ke daun muda. Daun tua menjadi lemah dan akhirnya mudah terserang penyakit
terutama embun tepung (powdery mildew).
·
Kelebihan
Magnesium
Kelebihan Mg
tidak menimbulkan gejala ekstrim.
2.3.7
Khlor (Cl)
Memperbaiki dan meninggikan hasil kering dari tanaman
seperti: tembakau, kapas, kentang dan tanaman sayuran
·
Kelebihan
Khlor
Terlibat dalam
osmosis (pergerakan air atau zat terlarut dalam sel), keseimbangan ion yang
diperlukan bagi tanaman untuk mengambil elemen mineral dan dalam fotosintesis.
·
Kekurangan
Khlor
Dapat
menimbulkan gejala pertumbuhan daun yang kurang normal terutama pada tanaman
sayur-sayuran, daun tampak kurang sehat dan berwarna tembaga. Kadang-kadang
pertumbuhan tanaman tomat, gandum dan kapas menunjukkan gejala seperti di atas.
2.3.8
Boron (B)
Boron memiliki
kaitan erat dengan proses pembentukan , pembelahan dan diferensiasi , dan
pembagian tugas sel. Hal ini terkait dengan perannya dalam sintetis RNA , bahan
dasar pembentukan sel. Boron diangkut dari akar ke tajuk tanaman melalui
pembuluh xylem. Di dalam tanah boron tersedia dalam jumlah terbatas dan mudah
tercuci. Kekurangan boron paling sering dijumpai pada adenium. Cirinya mirip
daun variegeta.
·
Kekurangan
Boron
Daun
berwarna lebih gelap dibanding daun normal , tebal , dan mengkerut.
·
Kelebihan
Boron
Ujung
daun kuning dan mengalami nekrosis
2.3.9
Besi atau Ferro (Fe)
Besi berperan
dalam proses pembentukan protein , sebagai katalisator pembentukan klorofil.
Besi berperan sebagai pembawa elektron pada proses fotosintetis dan respirasi ,
sekaligus menjadi aktivator beberapa enzim. Unsur ini tidak mudah bergerak
sehigga bila terjadi kekurangan sulit diperbaiki. Fe paling sering bertentangan
atau antagonis dengan unsur mikro lain. Untuk mengurangi efek itu , maka Fe
sering dibungkus dengan Kelat (chelate) seperti EDTA (Ethylene Diamine
Tetra-acetic Acid). EDTA adalah suatu komponen organik yang bersifat
menstabilkan ion metal. Adanya EDTA maka sifat antagonis Fe pada pH tinggi
berkurang jauh. Di pasaran dijumpai dengan merek Fe-EDTA.
·
Kekurangan
Besi
Kekurangan besi
ditunjukkan dengan gejala klorosis dan daun menguning atau nekrosa. Daun muda
tampak putih karena kurang klorofil. Selain itu terjadi karena kerusakan akar.
Jika adenium dikeluarkan dari potnya akan terlihat potongan-potongan akar yang
mati.
·
Kelebihan
Besi
Pemberian pupuk
dengan kandungan Fe tinggi menyebabkan nekrosis yang ditandai dengan munculnya
bintik-bintik hitam pada daun.
2.3.10
Mangan (Mn)
·
Kelebihan
Mangan
Mangan
merupakan unsur mikro yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang tidak terlalu
banyak. Mangan sangat berperan dalam sintesa klorofil selain itu berperan
sebagai koenzim, sebagai aktivator beberapa enzim respirasi, dalam reaksi
metabolisme nitrogen dan fotosintesis. Mangan juga diperlukan untuk
mengaktifkan nitrat reduktase sehingga tumbuhan yang mengalami kekurangan
mangan memerlukan sumber N dalam bentuk NH4+. Peranan mangan dalam fotosintesis
berkaitan dengan pelepasan elektron dari air dalam pemecahannya menjadi
hidrogen dan oksigen. Fungsi unsur hara Mangan (Mn) bagi tanaman ialah:
a. Diperlukan oleh tanaman untuk
pembentukan protein dan vitamin terutama vitamin C
b. Berperan penting dalam
mempertahankan kondisi hijau daun pada daun yang tua
c. Berperan sebagai enzim
feroksidase dan sebagai aktifator macam-macam enzim
d. Berperan
sebagai komponen penting untuk lancarnya proses asimilasi
Mn diperlukan dalam kultur kotiledon selada untuk memacu pertumbuhan jumlah pucuk yang dihasilkan. Mn dalam level yang tinggi dapat mensubstitusikan Mo dalam kultur akar tomat. Mn dapat menggantikan fungsi Mg dalam beberapa sistem enzym tertentu seperti yang dibuktikan oleh Hewith pada tahun 1948.
Mn diperlukan dalam kultur kotiledon selada untuk memacu pertumbuhan jumlah pucuk yang dihasilkan. Mn dalam level yang tinggi dapat mensubstitusikan Mo dalam kultur akar tomat. Mn dapat menggantikan fungsi Mg dalam beberapa sistem enzym tertentu seperti yang dibuktikan oleh Hewith pada tahun 1948.
·
Kekurangan
Mangan
Defisiensi unsur hara, atau kata lain kekurangan unsur hara,
bisa menyebabkan pertumbuhan tanaman yg tidak normal dapat disebabkan oleh
adanya defisiensi satu atau lebih unsur hara, gangguan dapat berupa gejala
visual yang spesifik. Mn merupakan penyusun ribosom dan juga mengaktifkan
polimerase, sintesis protein, karbohidrat. Berperan sebagai activator bagi
sejumlah enzim utama dalam siklus krebs, dibutuhkan untuk fungsi fotosintetik
yang normal dalam kloroplas, ada indikasi dibutuhkan dalam sintesis klorofil.
Defisiensi unsure Mn antara lain : pada tanaman berdaun lebar, interveinal
chlorosis pada daun muda mirip kekahatan Fe tapi lebih banyak menyebar sampai
ke daun yang lebih tua, pada serealia bercak-bercak warna keabu-abuan sampai kecoklatan
dan garis-garis pada bagian tengah dan pangkal daun muda, split seed pada
tanaman lupin. Identifikasi Gejala defisiensi mangan bersifat relatif,
seringkali defisiensi satu unsur hara bersamaan dengan kelebihan unsur hara
lainnya.
Di lapangan tidak mudah membedakan gejala-gejala defisiensi.
Tidak jarang gangguan hama dan penyakit menyerupai gejala defisiensi unsur hara
mikro. Gejala dapat terjadi karena berbagai macam sebab. Gejala dari defisiensi
mangan memperlihatkan bintik nekrotik pada daun. Mobilitas dari mangan adalah
kompleks dan tergantung pada spesies dan umur tumbuhan sehingga awal gejalanya
dapat terlihat pada daun muda atau daun yang lebih tua.. Kekurangan mangan
ditandai dengan menguningnya bagian daun diantara tulang-tulang daun. Sedangkan
tulang daun itu sendiri tetap berwarna hijau.
2.3.11
Seng atau Zinc (Zn)
Hampir mirip dengan Mn dan Mg , sengat berperan dalam
aktivator enzim, pembentukan klorofil dan membantu proses fotosintesis.
Kekurangan biasanya terjadi pada media yang sudah lama digunakan.
·
Kekurangan
Seng (Zn)
Pertumbuhan
lambat , jarak antar buku pendek , daun kerdil , mengkerut , atau menggulung di
satu sisi lalu disusul dengan kerontokan. Bakal buah menguning, terbuka, dan
akhirnya gugur. Buah pun akan lebih lemas sehingga buah yang seharusnya lurus
membengkok.
·
Kelebihan
Seng (Zn)
Kelebihan
seng tidak menunjukkan dampak nyata.
2.3.12
Tembaga (Cu)
Fungsi penting tembaga adalah aktivator dan membawa beberapa
enzim. Dia juga berperan membantu kelancaran proses fotosintesis. Pembentuk klorofil
, dan berperan dalam funsi reproduksi.
·
Kekurangan
Tembaga (Cu)
Daun berwarna
hijau kebiruan , tunas daun menguncup dan tumbuh kecil, pertumbuhan bunga
terhambat.
·
Kelebihan
Tembaga (Cu)
Tanaman tumbuh
kerdil , percabangan terbatas , pembentukan akar terhambat , akar menebal dan
berwarna gelap.
2.3.13
Molibdenum (Mo)
Mo bertugas sebagai pembawa elektron untuk mengubah nitrat
menjadi enzim. Unsur ini juga berperan dalam fiksasi nitrogen.
·
Kekurangan
Molibdenum
Ditunjukkan
dengan munculnya klorosis di daun tua , kemudian menjalar ke daun muda.
·
Kelebihan
Molibdenum
Kelebihan
tidak menunjukkan gejala yang nyata pada adenium.
2.3.14
Cobalt (Co)
Untuk Fiksasi nitrogen
dalam penyerapan unsur N (Nitrogen), Cobalt dapat digantikan perannya dengan
Natrium (Na), dan Molibdenum (Mo).
·
Kelebihan
Cobalt
Cobalt jauh
lebih tinggi untuk fiksasi nitrogen daripada amonium gizi. Tingkat kekurangan
nitrogen dapat mengakibatkan gejala defisiensi.
·
Kekurangan
Cobalt
Mengurangi
pembentukan hemoglobin dan fiksasi nitrogen.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari
pembahasan tersebut dapat disimpulkan bahwa perbedaan yang mendasar antara
tanaman tipe C3, C4 dan CAM adalah pada reaksi yang terjadi di dalamnya. Yang
dimana pada tanaman yang bertipe C3 produk awal reduksi CO2 (fiksasi CO2)
adalah asam 3-fosfogliserat atau PGA. Terdiri atas sekumpulan reaksi kimia yang
berlangsung di dalam stroma kloroplas yang tidak membutuhkan energi dari cahaya
mataharai secara langsung. Sumber energi yang diperlukan berasal dari fase
terang fotosintesis. Sekumpulan reaksi tersebut terjadi secara simultan dan
berkelanjutan. Memerlukan energi sebanyak 3 ATP. PGAL yang dihasilkan dapat
digunakan dalam peristiwa yaitu sebagai bahan membangun komponen struktural
sel, untuk pemeliharaan sel dan disimpan dalam bentuk pati. Pada tanaman tipe
C4 yang menjadi cirinya adalah produk awal reduksi CO2 (fiksasi CO2) adalah
asam oksaloasetat, malat, dan aspartat ( hasilnya berupa asam-asam yang
berkarbon C4).
Reaksinya
berlangsung di mesofil daun, yang terlebih dahulu bereaksi dengan H2O membentuk
HCO3 dengan bantuan enzim karbonik anhidrase. Memiliki sel seludang di samping
mesofil. Tiap molekul CO2 yang difiksasi memerlukan 2 ATP. Tanaman c4 juga
mengalami siklus calvin seperti peda tanaman C3 dengan bantuan enzim Rubisko.Sedangkan
pada tanaman tipe CAM yang menjadi ciri mendasarnya adalah memiliki daun yang
cukup tebal sehingga laju transpirasinya rendah. Stomatanya membuka pada malam
hari. Pati diuraikan melalui proses glikolisis dan membentuk PEP. CO2 yang
masuk setelah bereaksi dengan air seperti pada tanaman C4 difiksasi oleh PEP
dan diubah menjadi malat. Pada siang hari malat berdifusi secara pasif keluar
dari vakuola dan mengalami dekarboksilasi. Melakukan proses yang sama dengan
tanaman C3 pada siang hari yaitu daur Calvin. Melakukan proses yang sama dengan
tanaman C4 pada malam hari yaitu daur Hatch dan Slack.
Pengaruh
faktor-faktor lingkungan dan kisarannya untuk suatu tumbuh-tumbuhan
berbeda-beda, karena satu jenis tumbuhan mempunyai kisaran toleransi yang
berbeda-beda menurut habitat dan waktu yang berlainan. Tetapi pada dasarnya
secara alami kehidupannya dibatasi oleh jumlah dan variabilitas unsur-unsur
faktor lingkungan tertentu (seperti nutrien dan faktor fisik, misalnya suhu
udara) sebagai kebutuhan minimum, dan batas toleransi tumbuhan terhadap faktor
atau sejumlah faktor lingkungan tersebut. Pengertian tentang faktor
lingkungan sebagai faktor pembatas kemudian dikenal sebagai Hukum faktor
pembatas, yang dikemukakan oleh F.F Blackman, yang menyatakan: jika semua
proses kebutuhan tumbuhan tergantung pada sejumlah faktor yang berbeda-beda,
maka laju kecepatan suatu proses pada suatu waktu akan ditentukan oleh faktor
yang pembatas pada suatu saat.
DAFTAR PUSTAKA
Campbell
dan Reece. 2002 Biologi Edisi Kelima Jilid 1. Jakarta : Erlangga.
Darmawan
dan Baharsjah. 1983. Pengantar Fisiologi Tumbuhan . Jakarta : PT
Gramedia.
Devlin, Robert M. 1975. Plant Physiology Third Edition.
New York : D. Van Nostrand.
Dwijoseputro,
D. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 2. Jakarta : Gramedia.
Dwijoseputro.
1994. Pengantar Fisiologi Tanaman. Jakarta : Gramedia.
Guttman,
Burton S. Dan and John, W. Hopkins. 1983. Understanding Biology. New
York : Harcourt Brace Jovanovich, Inc.
Kimball.
1994. Biologi Umum. Jakarta: Erlangga.
Odum.
1997. Biologi umum. Jakarta: Gramedia.
Prawiraharto.
1996. Anatomi Tumbuhan. Surabaya: Intan Pariwara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar